Lokalisasi terbesar di Indonesia bahkan Asia tenggara Dolly ini sudah resmi akan ditutup Tanggal 18 Juni 2014 besok, Pemkot Surabaya di bawah komando sang Singa Betina, julukan Risma,
mengaku telah menyiapkan konsep baru yang akan merubah wajah kawasan
prostitusi yang berada di Kelurahan putat Jaya, Kecamatan Sawahan
tersebut.Mengingat lokalisasi ini menjadi tumpuan perekonomian warga sekitar
Bangunan setinggi enam lantai tengah disiapkan untuk
berbagai keperluan warga di eks-lokalisasi, yang didirikan Nonik
Belanda, Tante Dolly itu. Gedung yang rencananya digunakan sebagai
bangunan multi fungsi itu, di lantai satu akan dijadikan area sentra
perdagangan, khusus PKL.
Kemudian, untuk lantai dua dijadikan
sebagai tempat aneka jajanan tradisional khas Suroboyoan dan aneka
makanan kering, di lantai tiga dan empat, khusus untuk perpustakaan dan
komputer. Selanjutnya, di lantai lima berfungsi sebagai taman bermain
anak serta Balai RW di lantai enamnya
Tidak hanya, atas usulan warga setempat yang pro penutupan, pihak Pemkot
Surabaya juga tengah membahas rencana pembangunan infrastruktur lain,
seperti sarana olahraga, dan sentra ekonomi perdagangan lainnya.
"Intinya, kita ingin warga sekitar tetap bisa menjalankan aktivitas
perekonomiannya meski sudah tidak ada bisnis prostitusi di sana," ucap
dia lagi.
Namun, konsep pembangunan pasca-penutupan lokalisasi
ini sudah dirancang matang, Pemkot Surabaya belum menyosialisasikannya
ke masyarakat sekitar. Buktinya, masih terjadi pro dan kontra atas
penutupan tersebut.
Dan terkait masalah pro dan kontra ini, saat
menggelar dialog dengan pihak Komnas HAM pada hari Jumat lalu, Risma
mengatakan adanya pihak luar yang terus menghalang-halangi rencana
pihaknya. Sehingga Pemkot sulit masuk ke sana (Dolly dan jarak).
"Warga
asli sana sudah setuju, yang tidak setuju itu yang bukan orang sana.
Silakan cek sendiri, itu yang nolak ada di Bonek, ada di demo buruh,
sekarang ada di Dolly. Ada banyak orang luar yang ada di sana sekarang.
Sehingga kita sulit masuk," tandas Risma.
Menurut survei yang dilakukan oleh KOPI, lebih dari 14.000 orang
‘menggantungkan hidup’ pada lokalisasi di Gang Dolly dan Jarak, antara
lain para kecil yang tampak menjajakan dagangan mereka kepada PSK dan
pengunjung lokalisasi.
"Sepertiga dari belasan ribu itu
merupakan anak-anak sekolah yang orangtuanya bekerja ataupun mendapatkan
uang dari lokalisasi, bukan hanya PSK, tetapi juga tukang cuci,
penjahit, pedagang yang ada disini," jelas Anissa.
Pemerintah kota, menurut Anissa, tidak pernah mengajak dialog warga dan PSK di lokalisasi sebelum merencanakan penutupan.
Lis, 38 tahun, telah bekerja sebagai PSK selama 12 tahun, memiliki dua anak yang masih bersekolah di SMA dan SMP.
Jokowi juga ikut Berkomentar tentang penutupan Dolly ini.
"Saya kira setiap masalah kalau diberi solusi dan ada jalan keluar,
tidak ada masalah. Bu Risma (walikota Surabaya) pasti sudah menghitung
itu," ujar capres dengan nomor urut dua tersebut di sela-sela kegiatan
kampanyenya di Indramayu, Selasa (17/6).
Jokowi menilai,
pemerintah harus memberikan solusi nyata bagi warga yang akan terkena
imbas dari penutupan Dolly. Supaya penutupan lokalisasi itu benar-benar
efektif, bukan malah pindah ke tempat lain.
"Solusinya harus sudah disiapkan karena ini urusan perut," kata alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.
Seperti
diketahui, pemerintah Walikota Surabaya Tri Rismaharini akan menutup
Dolly esok. Penutupan akan didahului dengan pembacaan deklarasi di
Islamic Center. Acara tersebut juga akan dihadiri oleh Menteri Sosial
Salim Segaf Al Jufri dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pro dan kontra Penutupan Lokalisasi Dolly"
Posting Komentar